Misterius Part II
"Wanita tercipta untuk disakiti"
Begitulah kata temen gue, seorang perempuan yang sangat berperasaan dan mudah tersakiti karena perasaan itu sendiri. Seperti biasa, gue sering menilai sesuatu dengan lebih dari satu pemikiran/sudut pandang dan pada akhirnya akan mengkrucut pada satu kesimpulan.
Pada kasus ini, setidaknya gue punya dua pendapat untuk pernyataan temen gue yang sedang galau ini:
1. Tidak setuju
2. Sangat setuju
2. Sangat setuju
Sebelum itu izinkan gue menjelaskan beberapa hal terlebih dahulu.
Sekilas Tentang Logika dan Perasaan
Pertama kali mendengar kalimat itu, gue langsung tidak setuju karena nyokap gue adalah perempuan yang selama ini berjuang untuk gue, dan dia pernah tersakiti. Bahkan dulu gue juga pernah membuatnya menangis--maklum dulu masih kecil dan ga ngerti apa-apa. Suatu saat gue membela nyokap gue dan kaum wanita, gue beranggapan mereka tidak seharusnya disakiti, akan tetapi harus dibahagiakan dan dimuliakan. Namun, hal ini malah membuat gue dicap cowok yang berperasaan. Seolah-olah lelaki seharusnya tidak boleh berperasaan. Padahal kalo mau kilas balik, jujur saja gue ga suka membahas mantan ke sembarang orang, talk gue ceritain sedikit aja disini. Jadi, dulu yang sering membuat kami bertengkar hingga akhirnya putus adalah karena masalah perasaan dan logika. Gue adalah orang yang bisa menggunakan keduanya. Mungkin lebih tepatnya gue tau kapan harus menggunakannya. Ketika gue berhadapan dengan wanita, apalagi ketika gue suka atau bahkan cinta dengan orang itu, maka gue akan menggunakan perasaan gue untuk mengerti keadaannya. Tapi ketika gue dihadapkan dengan masalah lain, gue akan menggunakan logika untuk mendapatkan keuntungan taktis. Jadi kalo boleh menghibur diri, gue itu semacam divergent :D
Gue sadar akan kelemahan dari perasaan. Karena perasaan itu membutakan kita dari melihat suatu kejadian secara keseluruhan. Perasaan juga adalah akar dari segala masalah yang terjadi. Seperti kata Spock, seorang hybrid, gabungan dari bangsa paling logis--Vulcan--yang tak berperasaan dan manusia yang notabene dengan perasaan:
Di satu sisi, gue melihat perasaan adalah suatu kelemahan paling dasar dari seluruh umat manusia. Itu lah kenapa seorang pembunuh bayaran dilatih untuk tidak memiliki perasaan, karena jika dia memiliki perasaan, dia akan mudah teralihkan. Itu pula yang menyebabkan superhero menggunakan topeng, karena untuk melindungi orang yang dicintainya, untuk melindungi kelemahannya.
Akan tetapi, perasaan juga merupakan kekuatan. Seperti halnya kasih sayang orang tua kepada bayinya yang baru saja tiba di planet ini. Mereka akan menjaganya siang dan malam. Bekerja keras untuk bisa membiayai hidupnya. Atas dasar apa? Ya tentunya karena rasa sayang kepada bayinya tadi.
Dan pada akhirnya, logika terlihat selalu yang menang karena keputusan bisnis yang dibuat harus lah berdasarkan logika yang mantap. Bukan sekedar karena perasaan dan hawa nafsu. Kadang orang yang jenius bisa menggunakan perasaan seseorang sebagai bisnis. Lihat saja instagram. Terciptanya kamera membuat hampir semua orang punya sifat yang cenderung narsis dan eksis, peluang ini dimanfaatkan untuk bisnis yang menguntungkan.
Logika Vs Perasaan
Nah, balik ke cerita gue dan mantan. Ketika kami marahan, semua berawal dari masalah perasaan dan kemudian dibumbui oleh cekcok yang kemudian gue dicap orang paling berlogika oleh dia. Jadi begini, gue akan kehilangan dia dan bagaimanapun juga tentunya berpengaruh ke gue jika ditinjau dengan logika ataupun perasaan. Gue akan kehilangan keuntungan taktis dan perasaan gue yang sudah dibangun sejak lama. Jadi, gue mencoba untuk menjelaskan permasalahan ini. Kemampuan Problem Solving gue digunakan pada situasi ini. Gue menjelaskan dengan berbagai macam premis dan analogi sehingga membuat gue menjadi orang yang 'brengsek' di matanya karena dia perempuan yang menggunakan perasaan.
Dan dalam hal ini, pertikaian antar logika laki-laki dan perasaan perempuan, haruslah dimenangkan pihak perempuan. Ada istilah woman always right. Mengapa demikian? Karena selogis apapun, kalo udah bawa perasaan pasti susah diterima oleh peremuan dengan hati terbuka. Salah satu cara keluar dari situasi ini adalah dengan menggunakan perasaannya sebagai senjata gue. Ya, gue yang mengalah, gue yang minta maaf. Karena maaf adalah salah satu dari tiga kata ajaib (dua lainnya adalah: tolong dan terima kasih). Nah, karena wanita menggunakan perasaan, seharusnya dia mudah memaafkan. Dan benar saja, gue keluar dari situasi itu. Tapi, tetap saja kita tidak bisa membalikan entropi, piring yang sudah pecah tidak bisa menyatu lagi. Jadi gue harus membuatkanya piring yang baru.
Dualisme
Ini agak membingungkan gue, masalahnya gue sering memperhatikan temen-temen cewek gue itu kebanyakan suka dengan cowok yang cuek dan yang selalu ada, yang sangat perhatian, yang mengejar-ngejar dia itu lebih banyak diletakan di daerah friend zone, makan zone, ojek zone, adek kakak zone, dll. Gue sepertinya tau alasannya. Sama seperti film horror. Kalo lo perhatikan, film horror itu pasti pemerannya adalah wanita. Menurut gue, selain membuat film itu menjual karena pemerannya yang cantik, juga ceritanya jadi seru karena wanita itu biasanya 'penakut dan lemah', no offense girl. Tapi coba deh perhatikan, si tokoh selalu penasaran dengan apa yang dia alami. Mungkin itu sebabnya wanita lebih suka yang cuek karena bikin penasaran, menantang lah untuk didapatkan. Tapi anehnya, udah tau cuek tapi ga mau memulai duluan. Trus akhirnya si cowok dibilang ga peka. Lah kan elu udah tau kalo dia itu cuek. Gimana dah _-_
Tapi ada juga sih cewek yang suka sama cowok yang baik dan ga cuek. Ada kok ada. Gue pernah ketemu. Tapi gue ga terima aja kalo alasan si cewek itu "karena dia baik"... Semester 3 lalu gue pernah bertanya ke setiap teman perempuan yang punya pacar, " kenapa kamu suka/cinta dia?" Jawaban terbaik datang dari cewek yang nama belakangnya sama kayak gue hahaha. Dia menjawab "Gatau kenapa". Itu jawaban terbaik.
"Karena cinta tak perlu alasan agar aku tidak menemukan alasan untuk meninggalkanmu"
Note: untuk pembaca wanita jangan tersinggung ya, ini dari sudut pandang gue aja. Gue belom survey. Kalo lo bersedia disurvey, nanti gue perbaikin bagian ini.
Pernyataan Tidak Setuju dan Sangat Setuju
Gue tidak setuju karena gue menganggap wanita itu adalah kado terbaik dari Allah kepada kaum pria. Kenapa? Masih ingat tugas pria itu untuk menafkahi keluarga? Ada pangan, sandang, papan. Jadi, seharusnya yang masak, mencuci dan menyetrika baju, membersihkan rumah adalah laki-laki. Tapi, dia sibuk mencari uang. Jadi, sang istri ini adalah hadiah dari Allah karena dia membantu meringankan tugas laki-laki dengan cara melakukan semua pekerjaan rumah.
Gue sangat setuju karena pada akhirnya kita akan sadar, bahwa apa yang menjadikan kita manusia adalah perasaan kita itu sendiri. Itulah yang membedakan kita dengan robot ataupun bangsa vulkan di film Star Trek. Namun, wanita terlalu menggunakan perasaan. Itu sebabnya, konsekuensinya adalah dia akan mudah tersakiti. Namun, betapapun disakitinya wanita, dia akan tetap bisa memaafkan karena dia makhluk yang berperasaan.
Kesimpulan
Wanita itu bukan untuk disakiti, tapi untuk dijaga perasaannya. Jika dia merasa tersakiti, itu hal yang wajar. Kita hanya perlu menghiburnya. Tambahan aja, ingat tugas kita di bumi ini. Jadi, cintailah pasangan lo karena Allah. Nanti gue akan buat tulisan tentang ini. Tunggu aja hehe
Tambahan
Sudah kodratnya wanita itu berperasaan. Struktur otak wanita dan pria itu berbeda. Otak sang wanita dirancang untuk berkomunikasi lebih. Contoh real datang dari temen gue yang cerita dulu saat di sekolah dia kerjaannya ngobrol dengan temannya. Ketika pulang dan sampai rumah, dia menelepon temannya lagi dan lanjut ngobrol. Hal ini sebenarnya sudah terjadi ribuan tahun yang lalu. Ketika sang pria berburu, wanita berdiam di gua mengurus anak dan berinteraksi dengan tetangga. Hal ini, kemampuan berkomunikasi ini, digunakan untuk membangun ikatan yang kuat.
Comments
Post a Comment