Social Media

     Social media menjadi tempat yang tepat untuk 'memamerkan' sesuatu. Tempat yang aman untuk 'menyombongkan' diri ataupun membuat orang lain iri meskipun tidak bermaksud demikian, tapi memang untuk itulah sosial media ada. Sehingga membuat gue berpikir kalau pada dasarnya manusia adalah makluk yang narsis. Mungkin agak sedikit kasar, namun intinya adalah kita memang selalu ingin dilihat, diperhatikan, dianggap keberadaannya, dihargai, dan dikenang. Untuk mendapatkan itu semua, then we must show off.
       NASA pernah mengirimkan rekaman tanda-tanda kehidupan di bumi dan berharap ada makhluk intelejen lainnya yang menangkap sinyal itu untuk mengetahui keberadaan manusia. Nah hal itu saja sudah menunjukkan bahwa manusia memang selalu narsis dan ingin eksis. Padahal kita tidak tahu ada apa di luar sana. Misalkan, ada predator sejenis Reaper seperti yang ada di game Mass Effect, maka tamatlah manusia karena telah memberikan petunjuk ke mereka dimana kita berada.
    Gue disini bukan mau bahas alien, tapi tentang fenomena social media yang membuat kita selalu ingin dilihat oleh semua orang yang bahkan tidak ada disana bersama kita.
      Mari ambil beberapa contoh, tapi sebelum itu gue mau berterima kasih kepada siapapun dia yang telah menciptakan kamera, sungguh temuan yang brilian! Seiring berjalannya waktu kamera pun semakin berkembang bahkan beberapa tahun yang lalu kamera sudah bisa diinstal di handphone. Kita tidak perlu membeli kamera DSLR atau kamera digital, cukup membeli satu device dan kita dapatkan semuanya, termasuk kamera. Dan semakin berkembangnya teknologi, bahkan terkadang ketika kita membeli hp, kamera adalah salah satu yang kita pertimbangkan, apalagi gaya baru dalam berfoto saat ini yaitu selfie membuat kita juga memperhatikan kualitas kamera depan. Nah! Mungkin ini yang dipikirkan pembuat Instagram, "mengapa hanya menyimpan foto untuk kita sendiri? biarkan orang lain melihatnya!" and... boom! Aplikasi ini laku keras. Pembuatnya pandai melihat keadaan dimana orang-orang saat ini suka berfoto ditambah lagi teknologi internet yang sudah bisa diakses melalui telepon genggam--yang biasanya sudah ada kameranya itu--maka hal mudah bagi kita untuk menyebarluaskan foto kita hanya dalam hitungan detik. Orang-orang menyukainya, karena memang itu yang diinginkan, yaitu untuk dilihat oleh orang lain, untuk dihargai. Itu sebabnya ada tombol like/love disana. Dan itu sebabnya beberapa orang menggunakan hashtag terlalu banyak karena mereka ingin dilihat, mereka ingin diakui dan dihargai. Mungkin itu sebabnya orang-orang 'berlomba-lomba' atau bahkan mengadakan lomba untuk mendapatkan gambar yang bagus, ekstrim, tidak biasa, atau bahkan mewah... Kita cukup berfoto di depan menara Eiffel dan menguploadnya untuk memberi tahu pada dunia. Itu lebih halus daripada berkata seperti ini: "Hei, kemarin gue abis ke Paris loh, terus gue jalan-jalan ke Eiffel Tower.". Oh yeah, a picture is worth a thousand words. Orang-orang yang pernah kesana dan yang ingin pergi kesana akan menyukai fotomu. Well, over all... Good job, Instagram's maker! Good job.
       Beberapa tahun yang lalu gue dikenalkan oleh teman sebuah social media baru bernama Path. Sekitar seminggu yang lalu gue berpikir bahwa social media ini juga sangat cerdas. Ya seperti teori gue tadi kalo kita adalah makhluk yang narsis dan ingin eksis, jadi menurut gue, si pembuat Path ini juga pandai melihat kebiasaan manusia zaman sekarang, terutama para pemudanya yang merupakan konsumen teknologi yang setia. Memangnya apa lagi yang kita lakukan sebagai anak muda ketika ada waktu kosong atau sedang liburan? Salah satunya adalah pergi jalan-jalan ke suatu tempat bersama keluarga, teman-teman, atau bahkan dengan sang kekasih. Entah berpergian ke tempat wisata, mall, ataupun ke bioskop untuk menonton film terbaru. Mungkin juga ketika sedang tidak ingin kemana-mana dan hanya duduk sambil mendengarkan lagu atau membaca buku. Mungkin juga kita hanya akan tidur di rumah. Well, this guy, a man who makes Path is a genius! Bagi yang belum tahu apa itu Path, nah itu adalah social media dimana lo bisa menunjukkan pada orang-orang kalau lo sedang berada dimana, bersama siapa, sedang menonton film apa, mendengarkan musik apa, bahkan mereka juga memfasilitasi para nerd untuk menunjukkan bahwa dirinya sedang membaca buku apa. Dan lo juga bisa memberi tahu kalo lo sudah tidur. Dan disini juga tempat 'aman' buat lo pamer lagi jalan sama siapa dan dimana. Karena memang untuk itulah social media ini dibuat, yaitu untuk memberi tahu kita sedang ada dimana, bersama siapa, nonton apa, dll. Jadi tidak ada alasan untuk orang lain mengatakan bahwa kita pamer disini. Great job Path, Great job!
       Akhirnya kita sampai pada social media terbesar dalam sejarah, Facebook. Hampir setiap orang yang mengerti teknologi punya akun Facebook atau setidaknya mereka mengerti cara kerjanya. Pada awalnya Facebook adalah tempat chatting bersama temen ataupun mencari teman baru lewat jaringan internet. Kita menggunakan kolom status untuk meluapkan pemikiran kita atau bisa dijadikan tempat untuk curhat dan berharap ada orang lain yang membantu permasalahannya di kolom comment. Kemudian muncul istilah "Don't Facebook your problem, face it!" Hehe mungkin karena banyak orang yang malah sering mengeluh di Facebook daripada menghadapinya. Mungkin karena mereka ingin minta pendapat dari penghuni Facebook, who knows, but still, itu membuktikan bahwa kita ingin dihargai dan dilihat. Apalagi Facebook menyediakan kolom ulang tahun, agama, pekerjaan, alamat, nomor hp, dll. Pokoknya kolom informasi lengkap yang tentu saja bisa dilihat oleh siapa saja. Tapi janganlah kamu bertindak bodoh dengan menaruh nomor telepon dan/atau email disana karena kamu akan jadi korban keisengan orang yang tidak bertanggung jawab... Balik lagi, lihat lah kolom informasi tersebut. Kebanyakan orang meletakan tanggal ulang tahunnya agar orang-orang diingatkan oleh Facebook bahwa hari itu kita ulang tahun. Entah ya sejak kapan ulang tahun seseorang itu dirayakan oleh teman-temannya. Yang jadi pertanyaan gue, dahulu kala sebelum ada Facebook, bagaimana kita mengetahui ulang tahun temen kita? Bertanya lalu dihafalkan atau dituliskan di kalender. Aw it's so sweet... Kemudian Facebook juga menyediakan sarana untuk upload foto. Sebelum Instagram ada, kita bisa upload kesini. Sampai Sekarang masih digunakan karena praktis dalam menyebarkan foto ke teman-teman. Cukup dengan menandai mereka di foto itu dan membiarkan mereka mendownloadnya sendiri. Selain itu, kita bisa memback up foto dan video kalo hp atau memory kita kenapa kenapa. Remember Murphy's law! "Anything that can go wrong will go wrong." So, we need a back up plan.
       Selanjutnya ada Twitter. Kemunculannya membuat Facebook menjadi sepi.. Meskipun hanya memiliki 140 karakter, tapi saat itu Twitter laku. Isi pikiran kita dirangkum dalam kalimat yang singkat. Gue jadi inget dulu gue sering ngetweet. Nah, karena Twitter lebih praktis sehingga orang-orang bisa dengan mudah menuliskan pikirannya. Nah, disini orang-orang cenderung mengobrol dengan temannya lewat tweet padahal ada Direct Message. Nah lagi-lagi hal itu menunjukkan bahwa kita ingin dilihat, ingin eksis. Gue pernah liat orang bermesraan di timeline Twitter dan akhirnya gue singgung kurang lebih seperti ini: "Ada teknologi bernama SMS, pake itu, jangan pacaran di timeline."... Emang ga malu apa diliatin orang-orang?
       Ada maksudnya gue bahas Facebook dan Twitter belakangan, padahal mereka yang lebih dulu ada. Karena seperti ini keadaanya, ketika smartphone booming, bermunculanlah social media yang lebih praktis seperti LINE, WhatsApp, dkk. Jadi tidak perlu SMS lagi, cukup punya jaringan internet kita bisa chatingan sepuasnya. (Semoga) tidak ada lagi orang yang pacaran di Twitter... Akan tetapi, tetap saja Facebook memiliki pengguna paling banyak. Seperti yang gue bilang sebelumnya, hampir semua orang yang mengerti teknologi itu punya Facebook atau setidaknya tahu cara menggunakannya. Twitter jg demikian, penggunanya masih ada meskipun digunakannya lebih sering hanya ketika mau promosiin sesuatu. Nah, Facebook dan Twitter itu menang di jumlah pengguna. Gue yakin setiap orang yang punya smartphone beserta social media baru pasti punya Facebook. Nah, para pembuat social media ini sepertinya yang mereka jual adalah sarana untuk membuat penggunanya bisa mengekspresikan apa yang dia punya. Jadi, untuk menambah pelanggan, mereka harus bekerja sama dengan sesuatu yang sudah memiliki 'semua' pelanggan, yaitu Facebook dan Twitter. Demi memuaskan pelanggan juga makanya kerja sama itu harus terjadi. Karena semisal follower Instagram lo dikit tp temen Facebook lo berlimpah. Maka, sekiranya lo upload foto, dihubungkan juga ke Facebook agar jikalau yang like foto lo dikit, makan setidaknya yang ngelike di Facebook lebih banyak. Nah itu juga sekaligus mempromosikan akun lo ke teman-teman yang belum tahu. Dan tentu saja promosi Instagram ke temen lo itu. Nah, begitulah. Karena manusia itu narsis dan ingin eksis maka si pembuat social media mau tidak mau lebih baik bekerja sama dengan Facebook karena disanalah orang-orang berkumpul.
       Bonus nih, social media yang sering gue gunakan, LINE. Meskipun dia tidal terkoneksi ke Facebook dan Twitter, tetap saja laku karena tampilannya yang simple dan punya timeline seperti Facebook. Gue amati baru-baru ini, kita bisa buat status line yang memungkinkan temen kita mensharenya, terbukti lagi dah bahwa pasar social media itu adalah bagaimana kita membiarkan pelanggan untuk mengekspresikan diri dan dilihat serta dihargai oleh orang lain.

Karena semua orang ingin didengarkan.

      Well, gue ga bisa menjelaskan semua sosmed, yang jelas menurut gue, setiap social media pasti dibuat untuk memenuhi kebutuhan narsisme manusia. Minimal ada satu hal yang membuat gue berpikiran demikian... coba, ada ga social media yang tidak menyediakan tempat foto kita?
       Gue bukannya ga suka social media, gue sangat menyukainya. Gue ga munafik, gue juga orang yang narsis, itu sebabnya gue membuat tulisan ini. tapi gue lakukan di blogger--yang merupakan bagian dari Google+--bukan di Facebook supaya tulisan gue tidak menjadi sesuatu yang ironis hehe tapi tetap gue share di facebook karena seperti yang gue bilang tadi kalau Facebook punya banyak pengguna.

Manusia adalah makhluk sosial. Kita akan selalu membutuhkan orang lain di dalam hidup kita. Entah untuk kebutuhan materialistik maupun yang berhubungan dengan perasaan.

Comments

Popular Posts